Isnin, 19 Mac 2012

UJIAN HIDUP

UJIAN HIDUP
Sheikh Nazim Al-Qubrusi Al-Haqqani qs
Mercy Oceans Book Two

Bismillahir Rohmaanir Rohim

Grandsyaikh Abdullah Faiz ad Daghestani qs pernah berbicara mengenai ujian-ujian hidup yang biasanya terjadi pada kita. Setiap hari adalah hari baru dan para pencari harus siap dan waspada akan datangnya ujian-ujian sampai keimanannya menjadi semakin nyata. Setiap orang bisa meningkatkan maqamnya. Ada yang masih dibawah kendali egonya, dimana dia akan diuji dengan apa yang tidak disukai oleh egonya.

Apapun bisa menjadi sarana, baik dari pihak keluarga, pekerjaan maupun tetangga, hal-hal yang paling tidak kalian inginkan justru terjadi. Cara untuk menjadi berkembang adalah dengan sabar.

Tidak ada yang namanya berkembang secara cepat. Kita harus setuju dengan segala sesuatu yang terjadi dan menimpa kita. Itulah tanda akan perkembangan, tahan menderita atas apapun yang membuat kalian sengsara. Tidak penting untuk mampu terbang di angkasa atau berjalan di atas air atau bisa dilihat di berbagai tempat dalam waktu yang sama atau mimpi yang indah-indah.

Kesabaran adalah penting. Melawan segala gelombang kejahatan seperti sebuah gunung yang tetap kokoh walaupun diterjang badai. Itulah yang namanya perkembangan. Atau seperti lautan yang tak akan kotor akibat aliran sungai-sungai di dalamnya. Manusia dengan kekuatan yang luar biasa mungkin bisa terbang, tapi bisa juga pada akhirnya dia kehilangan iman ketika setan berlomba-lomba menyerangnya. Kita harus mampu bertahan dari kesulitan yang berasal dari siapapun.

Kata Grandsyaikh Abdullah qs (alm), kita harus siap dengan apapun yang datang dan berlawanan dengan apa yang kita harapkan, siap untuk bertoleransi dengannya. Inilah tingkatan iman yang sebenarnya. Tiga kali sehari Grandsyaikh melihat murid-muridnya, bukan menengok untuk memberikan kenikmatan, namun untuk mengirimkan sesuatu yang tidak disenangi para pencari. Apakah kalian akan sabar atau menyerah ?

Jika kalian sabar, hati kalian akan memberi kepuasan, dan sebuah cahaya keluar dari mata kalian, lalu keyakinan yang lebih akan datang. Di setiap kesempatan itu, maqam kalian bisa meningkat ataupun menurun. Seperti keadaan dunia saat ini yang dipenuhi dengan setan dan kejahatan. Nabi saw bersabda : “Menjaga agama di masa kini adalah lebih susah daripada menggenggam bara api”. Bersabarlah, karena imbalan dari Allah adalah tidak terbatas. Inilah jalan keimanan yang sebenarnya, seperti jalannya para Nabi dan Awliya, untuk bisa bertahan atas segala keburukan dari umat manusia.

Ketika dunia kita sedang bersinar, melihat matahari yang sedang terbit dan langit dipenuhi bintang, kami sadar ada Sang Pencipta Yang Maha Agung. Namun kadang, terjadi pula kesedihan atau peristiwa mengerikan, misalnya kematian seseorang yang kita cintai – orang tua, suami, istri, saudara ataupun teman-teman. Bila tragedi ini terjadi, bagaimana menjaga keimanan kita atas Kasih Sayang Tuhan? Bagaimana kita bisa merasakan bahwa Dia juga perhatian atas apa yang terjadi pada kita ?

Syaikh Nazim qs berbicara panjang lebar tentang awal penciptaan manusia dan ditawarkannya posisi terhormat sebagai khalifah-Nya di muka bumi yang hanya manusia saja yang mau menerimanya beserta segala tanggung jawab yang di bebankan. Juga tentang transformasi cinta anak-bapak menjadi cinta Ilahi seperti tergambar dalam kisah Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail, putra yang lahir setelah masa 12 tahun penantiannya. Semua atas perintah Allah Azza wa Jalla.

Allah adalah “Al-Ghayyur” atau “Tuhan Yang Maha Pencemburu”. Dia memanggil kita untuk menggabungkan segala cinta yang kita rasakan menuju Hadirat Cinta-Nya. Mengambil segala kecintaan kita lalu mengubahnya menjadi sebuah cinta yang akan menekannya kedalam realitas Cinta Ilahi. Inilah arti dari permintaan-Nya akan “hati yang jernih” (qalbun – salim). Karena segala cinta yang manusia miliki pada mereka yang dikasihinya, tidak lain hanyalah ketertarikan akan sebuah kilasan cahaya dari atribut-atribut milik Allah yang dilihat ada pada mereka yang kalian sayangi, yang bersinar lewat cara ‘saling mengenali’ dan masuk dalam hati kalian.

Mereka yang terkasih akan meninggal, begitu juga dengan kalian. Namun bila cinta itu mencapai si penerima hakiki dari segala Cinta, maka tujuan utama cinta manusiapun telah tercapai dan akan diterima dan indah dalam Hadirat Tuhan. Namun bila kita gagal dalam menyerahkan diri pada KehendakNya - lalu membenci Tuhan karena telah meletakkan kita dalam sebuah eksistensi yang hanya sementara, atas keadaan yang terjadi, atas perasaan-perasaan, maka hidup ini akan menjadi sebuah pil yang amat pahit
untuk di telan. Hidup menjadi sebuah lautan kesedihan, karena Dia Yang Maha Kuasa memanggil semua hamba-hamba-Nya, satu demi satu untuk kembali ke Hadirat-Nya, meninggalkan kita dan dunia ini.

Dialah Tuhan kita, Satu-satunya Pemelihara eksistensi kita. Dia mempunyai hak atas kita dan untuk menguji, melihat siapa yang akan tetap menjadi benar dan menjaga cintanya pada Pencipta-Nya. Mereka yang kita kasihi, sanak saudara, istri maupun suami, semua yang kita cintai akan meninggal. Lalu Dia akan melihat apa yang akan kalian perbuat; dapatkah kalian mentransformasikan cinta dan tragedi yang menimpa sebagai jembatan meningkatnya kasih sayang kalian pada Sang Pencipta ?

Sedikit sekali yang bisa menerima dan memahami hal ini. Inilah penyebab mengapa mereka tak mampu melihat Kebijaksanaan Tuhan di balik peristiwa-peristiwa yang menyedihkan. Mereka tidak menyadari ketika Tuhan kita membelokkan kita untuk mencintai-Nya secara ekslusive dan keseluruhan, akibatnya merekapun menderita.

Segala hal yang Dia anugerahkan pada keturunan Adam adalah sementara saja, tidak berharga dibanding Cinta Hakiki itu. Kalian harus berikan cinta kalian pada Dia Yang Selalu Ada – dari pra keabadian sampai setelah keabadian. “ Terpujilah selalu Allah, Tuhan Yang Selalu Hidup, Bagi Dia Yang Tak ada istilah mati “

Wa min Allah at Tawfiq

Tiada ulasan:

Catat Ulasan